Pages

18 Maret 2014

Kita Dekat, Kita Bermusuhan

Pernahkah terpikir, siapa musuh kita sebenarnya. Enyahkan dahulu kata bijak bahwa musuh terbesar dan terdekat adalah diri kita sendiri. Saya tidak sedang menyusun kata mutiara. Yang saya maksudkan adalah musuh dalam bentuk nyata, ya musuh!

Untuk Apa Kita Bertikai

Pernahkah terpikir, mengapa manusia bisa memusuhi manusia lain, jika tidak karena perbedaan pendapat. Menurut saya perbedaan pendapat bukanlah sebab terjadinya permusuhan, melainkan pemaksaan terhadap perbedaan dari satu pihak ke pihak lainlah penyebab utamanya. Faktor lain yang mempengaruhi bisa jadi karena terjadinya rasa tidak nyaman, rasa terganggu atau perasaan terancam, nah kita namakan saja ini dengan faktor ketidaksukaan. Saya anggap kita sepakat dulu, kita bisa berdiskusi tapi tidak di tulisan ini. 

Lantas siapakah musuh anda saat ini?
Bisa jadi saingan bisnis, teman sekantor, kerabat, keluarga bahkan saudara atau orang tua. Silakan diingat-ingat dulu apakah orang yang dimusuhi itu dekat atau jauh jaraknya dengan kita. Sudah dapat dibayangkan, bukan?

Mari kita mengingat-ingat rekaman pekikan Bung Karno untuk mengganyang Malaysia. Sambil mengkritisinya saya berontak, apapun alasannya haruskah mengganyang negara tetangga? Ini negara yang ada persis di utara kita, ibaratnya hanyalah berbatas kertas semata, lagipula kita serumpun, berasal dari ras yang sama. Ternyata tidak cuman Indonesia Malaysia negara bertetangga yang bertikai. Tahun 1980an terjadi Perang Iran-Irak yang sebenarnya bibitnya berasal dari pertarungan klasik antara Kerajaan kuno Mesopotamia dan Persia.  Beranjak dari sana ada perang lainnya, Palestina-Israel, Pakistan-India, Korea Utara-Korea Selatan, Jerman Timur-Jerman Barat, Turki-Yunani atau negara bertetangga lainnya di Eropa, belum lagi kita tuliskan berbagai macam perang Sipil/Saudara dari Majapahit, Amerika Serikat, bahkan yang masih terjadi di Suriah sampai saat ini, banyaaak sekali. Intinya musuh justru berada di dekat kita, tidak mesti jauh. Saya bingung, sungguh jauh sekali dari cita hadits Rasulullah SAWW tentang keutamaan tetangga sebagai orang yang dekat misalnya, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya" (HR. Bukhari No.4787). Hadits lainnya bisa dilihat di situs Al Manhaj

Waspada, Bukan Curiga

Saya mengajak kepada diri sendiri dan kita semua, agar menjadi waspada sebab musuh sebenarnya (selain diri sendiri) sudah ada di depan hidung, entah anda menciumnya atau tidak. Ini juga berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari, bahwa musuh bisa jadi orang terdekat dengan kita. Sejarah sudah mencatat betapa banyak perang atau pertikaian adalah antara orang-orang yang berdekatan. Anda bisa saja bermusuhan dengan salah satu teman atau bahkan saudara. Makanya jangan terlalu percaya, ingat percaya boleh tapi jangan "terlalu". Percayalah hanya kepada Tuhan kita.

Saya tidak mengajak kita saling curiga-mencurigai, akan tetapi dengan mengetahui bahwa permusuhan bisa terjadi bahkan pada orang terdekat, maka kita harus mencegahnya, agar jangan sampai terjadi pada diri kita. Bukankah mencegah keburukan itu lebih diutamakan.

Mengingat perbedaan pendapat atau rasa tidak suka bisa menyebabkan permusuhan maka berpandai-pandailah kita mengerti perasaan orang lain, empati adalah salah satu cara manjur menghindari permusuhan. Dengan mengerti posisi orang lain, maka kita mendapat alasan mengapa tetangga/teman/saudara kita melakukan perbuatannya. Alangkah indahnya jika kita saling memahami, hingga permusuhan tidak terjadi lagi, ah mungkin saya naif, tapi inilah sesungguhnya impian kita bersama, hidup dalam kedamaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Komentar